Ada satu ruang di rumah lama yang selalu terasa hidup meski sunyi. Ruangan itu tidak besar, hanya cukup untuk satu meja kayu, beberapa kursi, dan lemari tua yang mengelupas catnya. Tapi di sanalah segalanya bermula—pertengkaran kecil, tawa keras, tangis diam-diam, dan pelukan yang mendamaikan. Satu ruang, seribu cerpen bahagia, yang tersimpan tidak hanya di dinding dan lantainya, tapi di hati mereka yang pernah mengisi waktu di dalamnya. Tak ada kamera yang merekam, tapi setiap orang yang pernah masuk ke sana, pasti membawa pulang sebuah kenangan.
Di ruang itu, ayah sering duduk dengan koran pagi sambil menyeruput kopi. Di sore hari, ibu akan menjahit sambil mendengarkan radio yang samar-samar berderak. Anak-anak berkumpul di lantai, menggambar atau sekadar bercanda sambil menunggu giliran mandi. Setiap sudut seolah punya suaranya sendiri—suara halus doa yang terucap lirih, suara keras saat debat antar saudara, hingga bisik-bisik rahasia antara dua hati muda yang belajar mencintai. Ruangan itu menjadi saksi bisu betapa kehidupan tak selalu sempurna, namun selalu punya warna.
Tak jarang, saat rumah sudah sepi dan hanya angin yang sesekali menyelinap lewat jendela, ruangan itu masih terasa hangat. Seakan kisah-kisah lama belum benar-benar pergi, hanya diam menunggu untuk dikenang kembali. Ketika seseorang kembali duduk di sana, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu, cerita-cerita lama kembali hadir seolah baru kemarin terjadi. Waktu berjalan, orang datang dan pergi, tapi ruangan itu tetap setia menyimpan semuanya—cinta, kecewa, harapan, dan pengampunan.
Kini, mungkin ruang itu sudah berubah. Mebel diganti, warna dinding diperbarui, atau bahkan rumahnya sudah berpindah tangan. Tapi satu hal yang tak bisa dihapus adalah jejak-jejak emosi yang pernah hadir di sana. Satu ruang bisa menyimpan seribu cerita karena bukan besar kecilnya ukuran yang membuatnya berarti, melainkan kehadiran jiwa-jiwa yang hidup di dalamnya. Di dunia yang terus bergerak cepat, ruang seperti itu menjadi pengingat bahwa yang paling berharga sering kali tersembunyi di tempat paling sederhana.